Minggu, 08 Januari 2012

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

FILSAFAT PENDIDIKAN
Oleh: Wawan Hermawan Al-Ghifary

 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Filsafat tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, karena sejarah filsafat erat kaitannya dengan sejarah manusia pada masa lampau. Filsafat yang dijadikan sebagai pandangan hidup, erat kaitannya dnegan nilai-nilai tentang manusia yang dianggap benar sebagai pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa untuk mewujudkannya yang terkandung dalam filsafat tersebut. Oleh karena itu suatu filsafat yang diyakini oleh suatu masyarakat atau bangsa akan berkaitan erat dengan sistem pendidikan yang diraaskan oleh masyarakat dan bangsa tersebut.
Filsafat pendidikan ini sebagai usaha untuk mengenalkan filsafat pendidikan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan itu. Adapun filsafat pendidikan adalah disiplin ilmu yang mempelajari dan berusaha mengungkap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Agar pendidikan mempunyai arti jelas, karena pendidikan sangat pesar peranannya dalam membna kemajuan suatu bangsa sesuai dengan filsafat yang diyakini.

B.     Rumusan Masalah
  1. Pengertian Filsafat
  2. Pengertian Pendidikan
  3. Pengertian Filsafat Pendidikan
  4. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

C.    Tujuan
1.      Untuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar tercapainya tujuan filsafat yang diyakini
2.      Sebagai pandangan hidup akan menjadi tolak ukur bagi nilai-nilai tentang kebenaran yang harus dicapai
3.      Untuk memecahkan masalah pendidikan dalam aspek kehidupan manusia


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat
Filsafat dan filosof berasal dari kata Yunani, yaitu Philosophia dan philosophos. Menurut bentuk kata, seorang philosophos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Pendapat lain mengatakan bahwa filsafat menurut asal katanya adalah "cinta akan kebenaran", yang berasal dari bahasa Yunani philos (cinta) dan shopia (kebenaran). Ada juga yang berpendapat bahwa, kata falsafah berasal dari bahasa Yunani Kuno, apabila diterjemahkan secara bebas berarti "cinta akan hikmah". Dengan demikian falsafat itu sendiri bukanlah hikmah; tetapi filsafat adalah cinta terhadap hikmah dan selalu berusaha untuk mendapatkan hikmah. Oleh karena itu, seorang filosof atau orang yang mencintai hikmah akan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian kepadanya dan menciptakan sikap yang positif terhadapnya. Di samping itu, dalam mencari hakekat sesuatu, akan berusaha menentukan sebab akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman­-pengalaman manusia.
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa pengertian filsafat itu berbeda-beda sesuai dengan pandangan masing-­masing. Berikut ini adalah beberapa pendapat tentang pengertian filsafat dari beberapa ahli :
1)      Menurut Muhammad Noor Syam, istilah filsafat mengandung pengertian sebagai berikut :
a)      Filsafat sebagai aktivitas pikir mumi (reflective-thinking), atau kegiatan akal manusia dalam usaha untuk mengerti secara mendalam tentang segala sesuatu.
b)      Filsafat sebagai hasil kegiatan berpikir mumi mengandung pengertian bahwa filsafat merupakan wujud suatu "ilmu" sebagai hasil pemikiran dan penyelidikan berfilsafat itu. Juga merupakan suatu bentuk perbendaharaan yang terorganisir dan memiliki sistematika tertentu, atau merupakan suatu bentuk ajaran tentang segala sesuatu sebagai satu ideologi.
Dari pengertian tersebut kita memperoleh penjelasan bahwa filsafat bukan sekedar suatu aktivitas berpikir, suatu usaha dan suatu proses, melainkan mengandung kedua-duanya, yaitu sebagai aktivitas berpikir dan sebagai perbendaharaan hasil aktivitas berpikir tersebut. Bahkan sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, filsafat telah terwujud sebagai suatu ilmu yang sangat berpengaruh, juga merupakan suatu falsafah negara yang akan selalu dijungjung tinggi.
Setiap uraian tentang pengertian filsafat akan selalu mencakup kedua makna tersebut, sebab keduanya memiliki hubungan yang erat antara aktivitas dengan produknya.
2)      Menurut W H. Kilpatrick, filsafat adalah pembahasan secara kritis tentang nilai-nilai kehidupan yang berlawanan, sedapat mungkin berusaha untuk mendapatkan cara bagaimana mengelola kehidupan sekalipun bertentangan.
Pandangan ini, filsafat berusaha mengarahkan suatu pengertian yang cukup dan paham kehidupan yang meliputi suatu kehidupan yang ideal. Maka berfilsafat berarti memikirkan atau merenung­kan nilai-nilai yang terbaik dan ideal.
3)      Menurut Charles Gore, filsafat ialah hasil usaha akal budi atau berpikir manusia secara mendalam. Hal itu mengingat bahwa tidak ada batasan tertentu tentang mendalamnya suatu usaha berpikir, karena sifatnya kualitatif dan dihayati sehingga dapat dibedakan mana yang filsafat dan mana yang bukan. Disamping itu, ilmu pengetahuanpun sangat besar peranannya terhadap pemahaman filsafat itu.
4)      Menurut Brubacher, filsafat berasal dari perkataan Yunani Kuno, yaitu filos dan sofia yang berarti cinta kebijaksanaan atau belajar ilmu pengetahuan. Atau diartikan pula sebagai cinta belajar. Dalam proses pertumbuhan ilmu-ilmu pengetahuan (Sciences) hanya ada di dalam filsafat. Maka filsafat pun dikatakan sebagai induk atau ratu ilmu pengetahuan.


B.     Pengertian Pendidikan
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa filsafat itu bisa juga dikatakan sebagai pandangan hidup. Dalam dunia pendidikanpun filsafat mempunyai peranan yang sangat besar, karena filsafat yang merupakan pandangan hidup ikut menentukan arah dan tujuan proses pendidikan. Oleh karena itu, filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat.
1.      Menurut John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulaan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan ini.
2.      Menurut Frederick J Mc Donald, pendidikan adalah suatu proses atau suatu kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat manusia

C.    Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan menururt Al-Syaibany (19?9:30) adalah :
"Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Filsafat itu mencerminkan satu segi dari­segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis".

Filsafat pendidikan bersandarkan pada filsafat formal atau filsafat umum. Dalam arti bahwa masalah-masalah pendidikan merupakan kasakter filsafat. Masalah-masalah pendidikan akan berkaitan dengan masalah-masalah filsafat umum, seperti :
  1. Hakikat kehidupan yang baik, karena pendidikan akan berusaha untuk mencapainya
  2. Hakikat manusia, karena manusia merupakan makhluk yang menerima pendidikan
  3. Hakikat masyarakat, karena pendidikan pada dasamya merupakan suatu proses sosial
  4. Hakikat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk tercapainya
Selanjutnya Al Syaibany (1979) berpandangan bahwa filsafat pendidikan, seperti halnya filsafat umum, berusaha mencari yang hak dan hakikat serta masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha untuk mendalami konsep-konsep pendidikan dan memahami sebab-sebab yang hakiki dari masalah pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha juga membahas tentang segala mungkin mengarahkan proses pendidikan.
Pada bagian lain Al Syaibany (1979) mengemukakan bahwa terdapat beberapa tugas yang diharapkan dilakukan oleh seorang filsof pendidikan, diantaranya :
  1. Merancangkan dengan bijak dan arif untuk menjadikan proses dan usaha-usaha pendidikan pada suatu bangsa
  2. Menyiapkan generasi muda dan warga negara umumnya agar beriman kepada Tuhan dengan segala aspeknya
  3. Menunjukkan peranannya dalam mengubah masyarakat dan mengubah cara-cara hidup mereka ke arah yang lebih baik
  4. Mendidik akhlak, perasaan seri dan keindahan pada masyarakat, dan menumbuhkan pada diri mereka sikap menghormati kebenaran, dan cara-cara mencapai kebenaran tersebut. Filosof menyeluruh tentang wujud dan segala aspek yang berkaitan dengan ketuhan, kemanusiaan, pengetahuan kealaman dan pengetahuan sosial. Filsof pendidikan harus pula mampu memahami nilai-nilai kemanusiaan yang terpancar pada nilai-nilai kebaikan, keindahan dan kebenaran.
Menurut Kneller (1971), filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam lapagnan pendidikan. Seperti halnya filsafat, filsafat pendidikan daapt dikatakan spekulatif, preskriptif dan analitik.
Filsafat pendidikan dikatakan spekulatif karena berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, hakikat masyarakat, hakikat dunia, yang sangat bermanfaat dalam menafsirkan data-data sebagai hasil hasil penelitian sains yang berbeda.
Filsafat pendidikan dikatakan preskriptif apabila filsafat pendidikan menentukan tujuan-tujuan yang harus diikuti dan dicapainya, dan menentukan cara-cara yang tepat dan benar untuk digunakan dalam mencapai tujuan tersebut. Karena secara tersurat menentukan tujuan pendidikan yang akan dicapai.
Filsafat pendidikan dikatakan analitik, apabila filsafat pendidikan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan spekulatif dan preskriptif. Misalnya menguji rasinalitas yang berkaitan dengan ide-ide atau gagasan-gagasan pendidikan dan menguji bagaimana konsistensinya dengan gagasan lain. Misalnya kita memperkenalkan konsep “Cara Belajar Siswa Aktif”.  Filsafat pendidikan analitik menguji logis konsep-konsep pendidikan, seperti apa yang dimaksud dengan : “Pendidikan Dasar 9 Tahun”, “Pendidikan Akademik”, “Pendidikan Seumur Hidup” dan sebagainya
Peranan-peranan filsafat tersebut sangat besar dalam mendasari berbagai aspek pendidikan bagi pembinaan pedagogik.
Peranan filsafat dalam pendidikan
Setelah kita mempelajari arti filsafat dan pendidikan dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan itu adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya.
Peranan filsafat pendidikan menurut para ahli
  1. Brauner dan Burn berpendapat bahwa pendidikan dan filsafat tidak dapat dipisahkan, karena tujuan pendidikan sama dengan tujuan filsafat. Kebijaksanaan dan jalan yang ditempuh oleh filsafat sama dengan yang ditempuh oleh pendidikan.
  2. Kupatrick mengemukakan bahwa berfilsafat dan mendidik adalah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik adalah usaha untuk merealisasikan nilai-nilai dan cita-cita tersebut di dalam kehidupan dan kepribadian manusia.
  3. Prof. Brameld berpendapat bahwa untuk mengatasi persoalan-persoalan pendidikan secara efisien kita harus membawa filsafat. Filsafat selain digunakan untuk mengatasi persoalan pendidikan dengan efisien jelas dan sistematis, juga berfungsi sebagai alat analisa, untuk sinthesis dan penialain.

D.    Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam bab terdahulu mengenai pengertian filsafat, maka pengertian filsafat pendidikan pun tidak jauh berbeda. Filsafat pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah pendidikan secara mendalam, sistematis dan menyeluruh. Baik yang menyangkut asas tujuannya maupun mengenai masalah-masalah yang menyangkut dengan kurikulum, metode, alat, faktor pendidikan dan usaha mengintegrasikan semua ilmu pengetahuan yang menjadi dasar pembantu serta cabang-cabang ilmu pendidikan lainnya.
Sedangkan Filsafat Pendidikan Islam adalah ilmu yang membahas tentang segala persoalan yang menyangkut dengan pendidikan Islam, dengan maksud untuk memperoleh jawaban dari segala permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan Islam.
Mengenai ruang lingkup Filsafat Pendidikan, sebenamya sangat luas dan dalam. Namun demikian, dapat disimpulkan menjadi dua bagian, yaitu dasar-dasar pembahasan filsafat pendidikan dan sasaran filsafat pendidikan.
  1. Dasar-dasar Pembahasan Filsafat Pendidilsan
Dasar utama dari pembahasan filsafat pendidikan adalah Al Qur'an dan Sunnah Rasul, baik secara teoritis maupun, praktis, yang harus diterapkan dalam pendidikan, serta yang harus menjawab dari segala permasalahan pendidikan. Sesuai dengan ruang lingkup filsafat umum, pembahasan filsafat pendidikan pun dibagi menjadi beberapa bidang penelitian filsafat, yaitu bidang metafisika (ontologi), bidang epistemologi dan bidang aksiologi. Inilah pokok-pokok pembahasan filsafat pendidikan.
1)      Metafisika (Ontologi)
Bidang ontologi ini bertugas mencari hakekat segala sesuatu yang dihadapi, terutama tentang Sang Maha Pencipta (Khalik), Makhluk dan alam semesta.
Dalam upaya mencari hakekat sesuatu ini, lahirlah ilmu penge­tahuan di bidang keagamaan atau ketuhanan, yang berhubungan dengan masalah "apa'. Di dalam agama Islam terdapat Ilmu Tauhid dan Ilmu Kalam, dasamya adalah akidah Islamiyah. Upaya mencari hakekat kebenaran yang didasari akidah dapat menu.nj ang keteguhan iman dan menuju kepada ketakwaan.
Dasar-dasar pembahasan metafisika meliputi Khalik, yaitu Allah Sang Maha Pencipta, yang menciptakan alam beserta isinya. Kemudian mencari hakekat manusia sebagai makhluk Allah yang dibeban'x kewajiban di dalam hidup yang bermakna dan bermanfaat. Sebagai bahan dan alat untuk kehidupan telah disediakan oleh Allah serba lengkap. Selanjutnya, metafisika ini membahas pula tentanghakekat alam semesta, sebagai bahan dan alai yang dikaruniakan oleh Allah kepada manusia, untuk bekal dunia maupun akhirat. Agar semua ini bermanfaat, maka manusia berkewajiban untukmengolahnya.

2)      Epistemologi
Bidang ini mempelajari tentang hakekat ilmu pengetahuan, sekaligus memahami pengertiannya, bahwa dengan ilmu pengetahuan manusia akan memperoleh kemajuan dan peningkatan kesej ahteraan hidup, baik lahir maupun batin.
Dalam hat ini diyakini bahwa Allah telah mendidik manusia tentang apa-apa yang telah diketahuinya. Juga Al Qur'an telah mengajaskan kepada umat manusia untuk berpikir, menggunakan akal sesuai dengan fungsinya, untuk mencapai pengetahuan yang benar. Dalam hat ini, mencari ilmu tersebut wajib hukumnya bagi umat Islam. Manusia diberi kemampuan untuk berpikir dan menilai sesuatu berdasarkan ilmu yang dimilikinya dari hasil penggunaan akal pikiran. Dengan demikian ilmu akan berfungsi untuk :
a)      Mengetahui kebenaran dengan menggunakan dasar wahyu atau ilmu pengetahuan, atau kedua-duanya.
b)      Menjelaskan ajaran dan aqidahIslamiyah.
c)      Menguasai alam untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia.
d)     Meningkatkan kebudayaan dan peradaban Islamiyah.          

3)      Aksiologi.
Bidang ini membahas tentang nilai. Ilmu pengetahuan yang diperoleh harus memiliki nilai, dan nilai itu harus berasaskan keagamaan, karena ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh seseorang akan mempengaruhi watak dan sikap tingkah laku terhadap yang menguasainya. Hal ini erat hubungannya dengan masalah etika.

  1. Sasaran Filsafat Pendidikan
1)      Tujuan Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakekatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan. Karena bersifat filosofis, maka hakekatnya adalah penerapan suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan. Sasaran utamanya adalah tujuan pendidikan, sebagai jawiban dari pertanyaan "Untuk apa sekolah ini diadakan?; Ke arah mana pendidikan ini akan dibawa?". Untuk menentukan tujuan pendi­dikan itu, filsafat mengadakan tinjauan yang luas dan mendalam mengenai realita, dikupaslah pandangan tentang dunia dan pandangan hidup manusia. Akhimya konsep-konsep dari semua itu dijadikan landasan penyusunan konsep tujuan pendidikan. Kemudian, dikupas pula mengenai pengalaman pendidik dalam mengembangkan dan menumbuhkan anak yang berhubungan dengan realita. Semua ini akan dipakai sebagai bahan pertim­bangan dalam mengembangkan diri. Di samping itu dikaji pula pandangan mengenai hakekat Khalik, makhluk, alam semesta, pengetahuan dan nilai-nilai. Semuanya dipadukan dalam menentukan kurikulum.

2)      Metode
Apabila tujuan telah dirumuskan sesuai dengan tujuan filsafat yang dianut, langkah selanjutnya adalah mengupas ten­tang cara-cara menerapkan aspek-aspek pendidikan yang terkan­dung dalam tujuan pendidikan. Filsafat akan mengadakan pem­bahasan tentang aku (ego) dan tujuan, lalu dibahas pula metode apa yang tepat bagi pribadi yang bersangkutan. Misalnya, berdasarkan ilmu jiwa kepribadian, aliran monisme faham Mate­rialisme menganggap bahwa manusia adalah makhluk reaksi, pola reaksinya disampaikan sebagai stimulus response. Untuk mening­katkan efektivitas tingkah laku manusia hanya dibutuhkan pengalaman atau latihan (drill). Sedangkan menurut aliran monisme faham Idealisme memandang bahwa manusia itu asas primemya adalah jiwa, karena jasmani tanpa jiwa tidak akan berdaya. Maka pendidikan harus dilaksanakan berdasarkan kodrat dan kebutuhan asas roldaani, untuk membina rasio, perasaan, kemauan dan spirit manusia.
Dari kedua faham tersebut bisa melahirkan beberapa metode yang bisa digunakan dalam proses pendidikan, misalnya metode latihan, metode penugasan, metode ceramah dan sebagainya. Jadi memilih metode pun harus mengacu kepada tujuanberdasarkan kajian filsafat.

3)      Alat Pendidikan
Yang dimaksud dengn alat pendidikan ialah segala sesuatu apa yang dipergunakan dalam usaha mencapai pendidikan. Pendidikan pun merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan fungsinya, alat-alat pendidikan dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu :
·         Alat sebagai perlengkapan.
·         Alat sebagai pembantu dalam mempermudah usaha pencapaian tujuan.
·         Alat sebagai tujuan.
Dalam memikirkan alat-alat yang akan dipakai dalam pendidikan, fungsi setiap alat sebaiknya diperhitungkan. Antara lain soal kematangan anak-anak untuk menerima pendidikan itu, dan soal ruangan serta waktunya. Jadi pemilihan alat harus disesuaikan dengan hal-hal tersebut.
Berdasarkan taraf-taraf perkembangan anak, alat-alat pendidikan terbagi atas :
·         Alat-alat yang memberi perlengkapan berupa kecakapan berbuat dan pengetahuan hapalan. Alat ini dapat disebut sebagai alat pembiasaan.
·         Alat-alat untuk memberi pengertian, membentuk sikap, minat dan cara-cara berpikir.
·         Alat-alat yang membawa ke arah keheningan bathin, kepercayaan dan penyerahan diri kepada Tuhan.
Selain pembagian tersebut, alat-alat pendidikan dapat pula dibedakan atas :
·         Alat-alat langsung, yaitu alat-alat yang bersifat menganjurkan sej alan dengan maksud usaha.
·         Alat-alat tidak langsung; yaitu alat-alat yang bersifat pence­gahan dan pembasmian hal-hal yang bertentangan dengan maksud usaha.
Alat-alat langsung disebut juga alat positif, misalnya segala jenis anjuran, perintah, keharusan. Sedangkan alat-alat tidak langsung disebut alat negatif, misalnya larangan-larangan, peringatan­peringatan dan sejenisnya dengan segala akibatnya,. Pembagian yang lain adalah si terdidik dan pendidik. Disamping ketiga hal tersebut, yang termasuk sasaran Filsafat Pendidikan adalah faktor-faktor pendidikan, dan usaha-usaha mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang mendukung usaha pendidikan.



BAB III
KESIMPULAN

Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan yang merupakan kumpulan dari prinsip yang membimbing tindakan profesional seseorang. Lebih jauh lagi filsafat pendidikan berkaitan dengan “Penetapan hakekat dari tujuan, alat pendidikan, dan menerjemahkan prinsip-prinsip ini dalam kebijakan-kebijakan untuk mengimplementasikan.
Maka dengan memahami ilmu filsafat pendidikan. Pelaksanaan pendidikan akan lebih efektif dan efisien lebih mengarah kepada sasaran yang akan di capai sehingga mempercepat tercapainya tujuan pendidikan.


DAFTAR PUSATAKA

Uyoh Sadulloh. Pengantar Filsafat Pendidikan. Alfabeta CV. Bandung. 2008

HA Yunus. Filsafat Pendidikan CV. Citra Sarana Grafika. Bandung. 1999

Radja Mudya Hardjo. Filsafat Ilmu Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2004




 

DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR..................................................................................    i
DAFTAR ISI.................................................................................................    ii
BAB I      PENDAHULUAN.......................................................................    1
A.    Latar Belakang.......................................................................    1
B.     Rumusan Masalah..................................................................    1
C.     Tujuan....................................................................................    1
BAB II    PEMBAHASAN..........................................................................    2
A.    Pengertian Filsafat...................................................................    2
B.     Pengertian Pendidikan............................................................    4
C.     Pengertian Filsafat Pendidikan...............................................    4
D.    Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan.......................................    7
BAB III   KESIMPULAN............................................................................    12
DAFTAR PUSATAKA



ii
 

 
PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDKAN


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Dosen : Drs. H. Djono, M.Ag






Disusun Oleh :
1.    Sa’adatus Sholihat        (58410364)
2.    Nurul Hidayatul Ummah (58410362)
3.    Trian                             (58410368)
4.    Cecep Toni                   (58410342)
5.    Siti Masitoh                  (                )


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
CIREBON


 
2010

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Ucapan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Filsafat Pendidikan. Serta rekan – rekan penulis yang telah membantu penyusunan makalah ini baik moril maupun materil sehingga makalah ini selesai dengan baik.
Penulis menyadari tidak ada yang sempurna dalam dunia ini begitu pula dengan pembuatan makalah ini, banyak sekali kekurangan-kekurangannya karena terbatasnya informasi yang penulis dapat.
Oleh karena itu besar harapan penulis agar pembaca memberi saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.


Cirebon,   Maret 2010




Penulis




i
 
 

1 komentar: