Minggu, 08 Januari 2012

KISI-KISI UAS PSIKOLOGI AGAMA


Metode-Metode Yang Digunakan Dalam Psikologi Agama
Diantara metode yang digunakan dalam mengkaji psikologi agama adalah sebagai berikut:
1. Dokumen Pribadi
Untuk memperoleh imformasi mengenai hal dimaksud maka cara yang ditempuh dengan jalan mengumpulkan dokumen pribadi orang-orang yang berupa autobiografi, biografi, tulisan atau pun catatan- catatan yang dibuatnya
Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa agama merupakan pengalaman bartin yang bersifat individual dikala seseorang merasakan sesuatu yang ghaib, maka dokumen pribadi dinilai dapat memberikan informasi yang lengkap. Selai catatan atau tulisan juga digunakan daftar pertanyaan kepada orang-orang yana akan diteliti
Metode ini digunakan untuk mempelajari bagaimana pengalaman dan kehidupan batin seseorang dalam hubungannya dengan agama. Untuk mengetahui informasi tentang hal ini maka dikumpulkan dokumen pribadi seseorang. Dokumen tersebut dapat berupa autobiorafi, biografi atau catatan- catatan yang dibuatnya.
Metode dokumentasi tersebut dalam penerapannya dapat digunakan beberapa teknik, antara lain:
a. Teknik Nomotatik
Pendekatan ini antara lain digunakan untuk mempelajari perbedaan- perbedaan individu. Sementara dalam psikologi agama, teknik nomotik ini antara lain untuk melihat sejauh mana hubungan sifat dasar manusia dengan sikap keagamaan. Tokoh yang menggunakan tekhnik nomotatik tersebut antara lain Hartshorne dan Mark A. May yang mempelajari karakter alami manusia. Dalam penelitiannya terungkap bahwa terdapat sejumlah kecil kemantapan diantara pengukuran-pengukuran yang dilakukan terhadap sifat dasar moral.
b. Teknik Analisis Nilai (value analysis)
Teknik ini digunakan dalam kaitannya dengan statistik. Data- data yang telah terkumpul diklasifikasikan menurut teknik statistik dan dianalisis untuk dijadikan penilaian terhadap individu yang diteliti. Tokoh yang menerapkan tekhnik ini antara lain Carlson, yang meneliti hubungan antara tingkat kecerdasan dengan kepercayaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara agama dan tingkat kecerdasan (-0,19), yang berarti anak-anak yang kurang cerdas cenderung berpegang erat kepada kepercayaan agama, sedangkan anak-anak yang cerdas kecendrungannya lebih kecil.
c. Teknik Ideography
Teknik ini hampir sama dengan teknik nomotatik, yaitu pendekatan guna memahami sifat dasar manusia. Bedanya, teknik ini lebih menekankan antara sifat- sifat dasar manusia dengan keadaan tertentu dan aspek- aspek kepribadian yang menjadi ciri khas masing- masing individu dalam rangka memahami seseorang. Tokoh yang menggunakan tekhnik ini adalah Gordon W Allport.
d. Teknik Penilaian terhadap Sikap (evaluation attitudes technique)
Teknik ini digunakan dalam penelitian biografi, tulisan atau dokumen yang ada hubungannya dengan individu yang akan diteliti.
Dari dokumen tersebut kemudian ditarik kesimpulan, misalnya, tentang bagaimana pendirian seseorang terhadap persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam kaitannya dengan pengalaman dan kesadaran agama.
2. Angket dan Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi langsung dengan subjek (Winarno,1985:162).
Peneliti menggunakan metode ini untuk memperoleh informasi secara langsung tentang latar belakang siswa dan aktivitas kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan sikap beragama
Metode angket dan wawancara digunakan untuk meneliti proses jiwa beragama pada orang yang masih hidup. Metode ini misalnya, dapat digunakan untuk mengetahui prosentase tentang apa yang diyakini orang pada umumnya tentang sikap beragama, ketekunan beragama dan sebagainya
Metode angket dan wawancara tersebut dalam penerapannya dapat digunakan beberapa teknik, antara lain:
a.       Pengumpulan Pendapat Masyarakat (public opinion polls)
Cara yang dilakukan adalah dengan melalui pengumpulan pendapat khalayak ramai (masyarakat)
b.      Skala Penilaian (ratting scale)
Metode ini antara lain digunakan untuk memperoleh data tentang faktor- faktor yang menyebabkan perbedaan khas dalam diri seseorang berdasarkan pengaruh tempat dan kelompok.
c.       Tes
Metode tes digunakan untuk mempelajari tingkah laku keagamaan seseorang dalam kondisi tertentu
d.      Eksperimen
Eksperimen digunakan untuk mempelajari sikap dan tingkah laku keagamaan seseorang melalui perlakuan khusus yang sengaja dibuat.
e.       Observasi melalui pendekatan sosiologi dan antropologi
Penelitian atau observasi ini dilakukan dengan menggunakan data sosiologi, yaitu dengan mempelajari sifat- sifat manusiawi orang perorang (pribadi) maupun kelompok (umum)
f.       Pendekatan terhadap Perkembangan
Pendekatan ini digunakan guna meneliti asal- usul dan perkembangan aspek psikologi manusia dalam hubungannya dengan agama yang dianut.
g.      Metode Klinis dan Proyektivitas
Metode ini memanfaatkan cara kerja klinis. Penyembuhan dilakukan dengan cara menyelaraskan hubungan antara jiwa dengan agama.
h.      Studi Kasus
Studi Kasus dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen, catatan, hasil wawancara atau lainnya untuk kasus- kasus tertentu.
i.        Survei
Metode ini biasanya digunakan untuk penelitian sosial yang bertujuan untuk penggolongan manusia dalam hubungannya dengan pembentukan organisasi dalam masyarakat.
Kelebihan dan kelemahan Metode Angket dan wawancara
-          Kelebihan
Metode ini memiliki beberapa kelebihan atara lain:
Dapat memberikan kemungkinan untuk memperoleh jawaban yang cepat dan segera. Hasilnya dapat dijadikan dkumen pribadi tentang seseorang serta dapt pula dijadikan data nomothatic.
-          Kelemahan
Setiap metode tentu ada kelemahan disana-sini begitu juga dengan metode ini. Adapun kelemahan adalah sebagi berikut:
Jawaban yang diberikan trikat oleh pertanyaan hngga responden tak dapat memberikan jawaban secara bebas.
Sulit untuk menyusun pertanyaan yang menganddugn tingkat relevansi yang tinggi, karena itu diperlukan keterampilan yang khusus untuk hal itu.
Kadang-kadang sering terjadi salah penafsiran terhadap pertanyaan yang kurang tepat, dan tidak semua pertanyaan sesuai untuk semua orang. Untuk memperoleh jawaban yang tepat, dibutuhkan adanya jalinan kerjasama yang baik dari si penanya
………………………….
1. Dalil Ontologis
Tuhan ada dalam pikiran manusia. Karena mereka berfikir, tak ada manusia yang sempurna, yang sempurna hanyalah Tuhan. Atas dasar itu , Bapak menasehati “Jika kamu membenci seseorang, cintai dia alakadarnya. “
2. Dalil Kosmologis/ Kausalitas/ Sebab-Akibat
Tuhan ada karena ada bukti penciptaanNya.
3. Dalil Teleologis ( pendekatan tentang keteraturan)
Alam ini sangat teratur. Logikanya, jika sesuatu tercipta karena kebetulan, maka tidak akan ada keteraturan. Alaam ini dibuat teratur untuk menjadi sarana bagi manusia.
4. Dalil Moral
Manusia tidak mungkin memberikan kode moral sebaik- baiknya, seadli adlinya, susuai fitrah manusia, dan bersifat absolut — untuk manusia lainnya– kecuali datangnya dari Allah.
contoh : anak tidak boleh menikahi ibunya. Sebab, sebelum Al Quran turun, istri seorang pria itu akan diwariskan kepada anak laki lakinya.
5. Dalil Al- Quran
Al Ankabut(29) : 61 Dan jika engkau bertanya kepada mereka ” Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukan matahari dan bulan?” Pasti mereka akan menjawab “Allah”. Maka mengapa mereka bisa dipalingkan (dari kebenaran)
Al Kahfi(18): 84 Sungguh, Kami telah memberi kedudukan kepadanya di bumi, dan Kami telah Memberikan jalan kepadanya (untuk mencapai) segala sesuatu.
Ath Thur(52) : 35 Atau apakah mereka tercipta tanpa asal usul ataukah mereka yagn menceptakan (diri mereka sendiri)?
Al Hijr (15): 21 Dan tidak ada sesuatu pun, melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.
………………………
3.  Periodisasi yang berdasar didaktis.
Pembagian masa-masa perkembangan sekarang ini seperti yang dikemukakan oleh Harvey A. Tilker, PhD dalam “Developmental Psycology to day”(1975) dan Elizabeth B. Hurlock dalam “Developmental Psycology”(1980) tampak sudah lengkap mencakup sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia yang berlangsung sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian periodisasinya.
Berikut periodisasi berdasarkan didaktis menurut Elizabeth B. Hurlock :
a)      Masa sebelum lahir (pranatal): 9 bulan
b)      Masa bayi baru lahir (new born): 0-2 minggu
c)      Masa bayi (babyhood): 2 minggu- 2 th
d)     Masa kanak-kanak awal (early childhood):2-6 th
e)      Masa kanak-kanak akhir (later chilhood): 6-12 th
f)       Masa puber (puberty) 11/12 – 15/16 th
g)      Masa remaja ( adolesence) : 15/16 – remaja akhir 17-21 th
h)      Masa dewasa awal (early adulthood) : 21-40 th
i)        Masa dewasa madya/ srengah baya (middle adulthood): 40-60 th
j)        Masa usia lanjut (later adulthood) : 60-…..
;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;
Tahap Perkembangan Beragama Pada Anak
Sejalan dengan kecerdasannya, perkembangan jiwa beragama pada anak dapat dibagi menjadi tiga bagian:
1. The Fairly Tale Stage (Tingkat Dongeng)
Pada tahap ini anak yang berumur 3 – 6 tahun, konsep mengeanai Tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam menanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oelh dongeng- dongeng yang kurang ,masuk akal. Cerita akan Nabi akan dikhayalkan seperti yang ada dalam dongeng- dongeng.
Pada usia ini, perhatian anak lebih tertuju pada para pemuka agama daripada isi ajarannya dan cerita akan lebih menarik jika berhubungan dengan masa anak-anak karena sesuai dengan jiwa kekanak- kanakannya. Dengan caranya sendiri anak mengungkapkan pandangan teologisnya, pernyataan dan ungkapannya tentang Tuhan lebih bernada individual, emosional dan spontan tapi penuh arti teologis.
2. The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan)
Pada tingkat ini pemikiran anak tentang Tuhan sebagai bapak beralih pada Tuhan sebagai pencipta. Hubungan dengan Tuhan yang pada awalnya terbatas pada emosi berubah pada hubungan dengan menggunakan pikiran atau logika.
Pada tahap ini teradapat satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa anak pada usia 7 tahun dipandang sebagai permulaan pertumbuhan logis, sehingga wajarlah bila anak harus diberi pelajaran dan dibiasakan melakukan shalat pada usia dini dan dipukul bila melanggarnya.
3. The Individual Stage (Tingkat Individu)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang tinggi, sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang diindividualistik ini terbagi menjadi tiga golongan:
  1. Konsep ketuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi.
  2. Konsep ketuhanan yang lebih murni, dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal (perorangan).
  3. Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik, yaitu agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama.
Berkaitan dengan masalah ini, imam bawani membagi fase perkembangan agama pada masa anak menjadi empat bagian, yaitu:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar